Jumat, 16 Juli 2010

TUNGKU ISO JET

Siswa SMP 1 Dawe Kudus Ciptakan Tungku Iso-Jet

a.com Senin, 10 Agustus 2009 02:16 WIB ] KUDUS : Tiga siswa dari SMP 1 Dawe, Kudus, Jawa Tengah, yang berhasil merekacipta tungku tepat guna Iso-Jet, akan mengikuti lomba karya ilmiah tingkat nasional pada 10-15 Agustus di Jakarta. “Tahun lalu Kudus mengirimkan beberapa peserta lomba dari sejumlah sekolah di kota ini. Tetapi, tahun ini hanya SMP 1 Dawe yang mewakili Kudus pada lomba karya ilmiah itu,” kata guru pembimbing tiga siswa SMP 1 Dawe yang akan mengikuti lomba karya ilmiah di Jakarta, Muhammad Arianto Wibowo, di Kudus, Minggu (9/8).

Ketiga siswa itu adalan Dwi Kustiyani, Karina Rizka, dan Abdul Malik.

Ia mengatakan, temuan tungku iso-jet itu merupakan jawaban atas keprihatinan sejumlah pihak terhadap kekhawatiran warga desa menggunakan gas elpiji ukuran 3 kilogram bantuan pemerintah.

Selain persoalan kesulitan mengubah kebiasaan masyarakat menggunakan bahan bakar konvensional, katanya, persoalan kelangkaan bahan bakar juga menjadi kendala masyarakat meninggalkan bahan bakar dari kayu bakar.

Terlebih lagi, kata dia, stok kayu bakar di daerah pedesaan juga tersedia cukup banyak. “Kondisi ini semakin memperkuat keteguhan warga untuk tetap memanfaatkan kayu bakar untuk keperluan memasak,” ujarnya.

Akan tetapi, kebiasaan memasak dengan kayu bakar dianggap kurang efektif karena boros bahan bakar kayu dan menghasilkan asap yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan polusi warga sekitarnya.

Untuk itu, kata dia, tiga orang siswannya beserta guru pembimbing membuat tungku kayu bakar yang mampu mengubah bahan bakar kayu menjadi bahan bakar yang lebih hemat dan menghasilkan sedikit asap, serta jelaga dan abu sebagai residunya.

Pernyataan tersebut dibenarkan oleh salah seorang siswa SMP 1 Dawe yang menjadi peserta lomba karya ilmiah, Dwi Kustiyana mengatakan, temuannya itu berasal dari kebiasaan warga di desanya yang masih mengguankan bahan bakar dari kayu bakar untuk memasak.

“Asapnya sangat mengganggu warga sekitar, selain itu panas yang dihasilkannya juga tidak maksimal dan boros bahan bakar,” ujarnya.

Ia mengatakan, pembuatan tungku iso-jet menggabungkan ilmu fisika dengan teknologi tradisional yang biasa digunakan masyarakat, yakni tungku memasak.

“Selama ini, tungku yang digunakan penduduk di desa banyak kelemahan, yakni panas yang dihasilkan tidak fokus untuk memanaskan panci atau alat memasak lainnya, karena banyak diserap lingkungan sekitar,” ujarnya.

Pembuatan tungku memasak tersebut, katanya, memanfaatkan bahan baku bekas, seperti seng dan abu.

“Bahan baku seng dimanfaatkan untuk membuat tungku, sedangkan abu digunakan sebagai bahan baku untuk mencegah panas lebih fokus karena memiliki sifat isolator,” ujarnya.

Bahkan, kata dia, abu hasil pembakaran kayu atau bahan organik tersebut memiliki sifat isolator yang lebih baik dibandingkan dengan bahan semen atau keramik.

Selain itu, kata dia, abu yang memiliki warna abu-abu juga menambah sifat isolator karena panas lebih sulit diserap oleh warna yang cenderung abu-abu.

“Mudah-mudahan temuan ini dapat dimanfaatkan warga yang berada di pedesaan, terutama yang masih memanfaatkan bahan bakar kayu untuk memasak dan dapat menekan biaya pengeluaran mereka,” ujarnya.

Sebelumnya, temuan tungku iso-jet oleh tiga orang siswa SMP 1 Dawe, yakni Dwi Kustiyani, Karina Rizka, dan Abdul Malik harus melewati serangkaian seleksi dan harus bersaing dengan ribuan peserta dari seluruh tanah air.

Dari ribuan peserta tersebut, kata Karina, dipilih sebanyak 33 peserta sebagai pemilik karya ilmiah terbaik dan layak mengikuti lomba karya ilmiah tingkat nasional untuk kategori teknologi.

“Pada perlombaan tersebut, meliputi temuan karya ilmiah di bidang teknologi, IPA, dan IPS,” ujarnya. (Ant/OL-7)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar